...mengapa ia menjadi lupa akan kematian?
Bagaimana ia boleh tertipu oleh sarana-sarana kesenangan yang tidak bermakna itu?
Bagaimana ia membanggakan kekuatan masa mudanya?
Kenapa ia boleh begitu ceria dan bersenang-senang sehingga lalai dari kematian yang datang begitu cepat, dan dari kehancuran yang telah menanti di hadapannya?
Dan bagaimana ia pernah pergi ke sana ke mari, lalu sekarang kaki dan tulang-tulang sendinya sudah membusuk di dalam kubur?
Dulu ia sangat fasih berbicara, tetapi sekarang ulat-ulat telah habis memakan lidahnya.
Ia yang dulu gemar tertawa terbahak-bahak, kini tanah telah melumat habis gigi-giginya.
Bagaimana ia dulu pernah mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya yang sudah tidak berguna dalam waktu sepuluh tahun mendatang, padahal saat itu antara ia dan kematian terpisah oleh waktu satu bulan saja, sementara ia dalam keadaan lalai terhadap sesuatu yang telah direncanakan untuk dirinya sendiri, sehingga akhirnya kematian menjemputnya pada saat yang sama sekali tidak ia perhitungkan?
(Di Balik Tabir KeMATIan - Imam Al-Ghazali)
* ...di atas bait-bait nafas yang kian lelah, tidak inginkah lagi menghisab diri..?
No comments:
Post a Comment